Senin, 17 November 2014

Tugas ISD ke VII - Konflik Sosial dan Kesenjangan Sosial

A. Konflik Sosial didalam Masyarakat

Penggusuran PKL di Daerah St. Jatinegara, dan Pasar Jatinegara

Gang Cohen, disamping gang ini adalah sungai.

1. Kronologi Kejadian

"Kejadian ini sebenarnya bukan yang pertama kali, dulu di tahun 2013 juga pernah dilakukan penertiban PKL oleh petugas di tempat ini, namun warga tetap saja kembali ke tempat ini." Tutur Bapak Robert, salah seorang tukang parkir di Gang Cohen, gang yang jaraknya 50 m dari kantor saya di Jl. Raya Bekasi Barat No.34 Jatinegara.

Pinggir Jalan Raya Bekasi Barat arah Kampung Melayu

Penertiban itu dilakukan satpol PP pada tanggal 31 Juli 2014 pagi, sekitar pukul 07.00 dengan area sepanjang pasar Mester sampai dengan depan Stasiun Jatinegara dan Gang Cohen. Dampaknya lalulintas arah Kampung Melayu dari mulai flyover Jatinegara sampai dengan pasar Mester macet. 

Seorang satpam sedang berjaga di depan stasiun

Pinggir Jalan Raya Bekasi Barat arah stasiun

Menurut Bapak Robert pihak Satpol PP sudah melayangkan surat peringatan kepada masyarakat 2 hari sebelum dilakukan penertiban. Namun ada saja warga yang masih nekat sampe hari terakhir masih berjualan di tempat yang akan direlokasi. Bapak Robert sejak kecil sudah di tempat ini. Bapak Robert merupakan penduduk pindahan dari Maluku "Memang dari dulu sudah ada pedagang disini, di dekat kali sama di stasiun, namun jumlahnya tidak menjamur. Kebanyakan barang bekas disini". 

Pinggir Jalan Raya Bekasi Barat arah Kampung Melayu

Ia mengeluhkan sikap satpol PP yang terkesan arogan dan semaunya sendiri. Dan waktu yang diberikanpun cukup singkat, hanya 2 hari. "Waktu 2 hari Itu tidak cukup untuk memindahkan barang-barang dan mencari tempat yang lain untuk menyimpan barang kita. Bayangkan saja mencari tempat di jakarta itu tidak gampang." Kata Beliau. Karena kebanyakan pedagang yang ternyata tinggalnya juga di lapak yang dia tempati.

Bapak Robert mengkhawatirkan Satpol PP akan kembali lagi. Namun warga juga susah untuk diatur. Pemerintah juga harus memikirkan langkah kedepan jika warga akan digusur. Walaupun ada beberapa yang mengamuk bahkan sampai menangis tetapi itu tidak membuat Satpol PP berhenti. 

PKL mendirikan dagangannya di bahu jalan

2. Opini

Ini adalah kali pertama saya menyaksikan sisa-sisa penggusuran dan mendengar langsung dari mereka, bagaimana rasanya melihat barang-barang dagangan kita diangkut oleh Satpol PP dengan paksa. Melihat kondisi itu sangat semua orang akan merasa sedih. Namun disisi lain kita dapat melihat Pemerintah harus bisa mensosialisasikan penertiban tersebut. Namun anehnya pedagang yang sama masih menempati tempat yang sama setelah 7 hari berlangsung. Tampak disampingnya pohon-pohon sudah ditumbangkan. Menurut kabar rencana akan dilakukan normalisasi sungai dan karena pedagang sangat mengganggu lalulintas sekitar. Hal ini juga saya benarkan karena setiap pagi jalanan disini sangatlah macet.

Berikut ini adalah saran yang mungkin dapat pemerintah lakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut :

  1. Sebelumnya pemerintah harus menyiapkan daerah yang akan disiapkan sebagai tempat tinggal selanjutnya.
  2. Memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat sekitar untuk daerah yang akan ditertibkan
  3. Sikap Satpol PP sebagai wakil dari institusi pemerintahan harusnya tidak boleh bersikap seperti itu. Sikap mereka seakan-akan terlihat seperti semena-mena. Itu sangat mencerminkan pemerintah yang tidak bersahabat
  4. Warga juga harus bisa mengerti keadaan, seharusnya itu adalah bukan tempat yang layak dan tepat untuk digunakan sebagai tempat tinggal. Kebanyakan mereka kembali lagi ke tempat semula dengan alasan karena sudah kebiasaan.
  5. Pemerintah harus selalu memonitoring dan berjaga pada lokasi yang telah ditertibkan, karena kenyataannya banyak pedagang yang kembali ke tempat awal

Saya sangat berharap semoga warga dan pemerintah dapat bekerjasama agar kota ini menjadi lebih baik lagi. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka semua pihak akan sangat merasa dirugikan.

Ini adalah trotoar di Jl. Jendral Sudirman Jakarta
dimana tidak ada pedagang dan tampak bersih


B. Kesenjangan Sosial didalam Masyarakat Sekitar

Biografi Bapak Muhaimin, Cawang, Jakarta Timur

Bapak Muhaimin sedang berjalan pulang ke kontrakan tetangga saya

Bapak Muhaimin adalah salah satu penderita Tuna Netra yang tergabung dalam PERTUNI (Persatuan Tuna Netra Indonesia) dan ITMI (Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia). Dia sehari-hari bekerja sebagai tukang urut, namun beliau setiap hari sabtu dan minggu mencoba menjalani profesi sebagai musisi jalan di Pasar, stasiun, dan atau ditempat umum lainnya. Dia selalu membawa kotak hitam radio yang berisi accu basah dan microfon seadanya. Tempat yang sering ia kunjungi adalah Pasar Kramat jati, Pasar Jaya Budi Asih, Setiabudi, Stekpi dan Pasar Induk. 

Kebetulan beliau selalu datang ke kompleks kontrakan saya di Cawang karena teman beliau disini. Saya tahun benar apa lagu yang dia sering putar karena jika ia ingin mengisikan lagu saya selalu membantunya. Dia menuturkan jika mengisi di tempat service handphone atau service komputer harus membayar Rp. 5.000,-. Lagu tersebut dimasukkan kedalam flash disk dan diputar sepanjang jalan.

Walaupun dia sudah berprofesi sebagai tukang pijat, namun itu belum bisa memenuhi kebutuhan dia sehari-hari. Harapan beliau satu-satunya adalah anak terakhir beliau yang duduk di bangku SMP kelas 1 yang ada di Sukabumi. Istrinya adalah seorang tuna netra. Ia dan Bapak Muhaimin juga berprofesi sama. Bapak Muhaimin dan Istrinya di Jakarta sedangkan anaknya bersama neneknya di Ciwaru, Sukabumi.


2. Opini

Saya sangat bersyukur dapat bertemu dengan beliau. Hal yang paling saya sukai dari beliau adalah Beliau sangat loyal walaupun dengan keadaan yang sangat terbatas. Hal paling menyentuha adalah saat bersama-sama menghitung uang di kontrakan tetangga saya. Ternyata cukup banyak uang yang terkumpul sekitar Rp. 60.000,-. 

Saya sangat menghargai kerja keras yang beliau lakukan. Namun seperti kita ketahui, pengamen  termasuk salah satu kegiatan yang dilarang di tempat umum di Jakarta. Ini adalah hal yang sangat sulit untuk dipecahkan. Saya memiliki beberapa opsi bagi Bapak Muhaimin untuk mempe :

  1. Memfokuskan pada keahliannya untuk memijat sebagai profesi utamanya
  2. Meninggalkan profesi sebagai pengamen, karena hal itu menentang peraturan pemerintah
  3. Aktif dalam ITMI dan PERTUNI sebagai salah satu organisasi untuk wadah meminjam modal usaha
  4. Menanamkan sikap mandiri dan disiplin kepada anak beliau agar anak beliau menjadi anak yang pintar dan dapat menjadi andalan keluarga

Setiap orang memiliki masalah mereka sendiri-sendiri. Sangat sulit untuk dapat membantu memcahkan masalah orang lain. Namun kita sebagai teman, sahabat dan saudara harus bisa membantu sebisa dan semaksimal mungkin. Tidak perlu membeda-bedakan.

0 komentar:

Posting Komentar

About Us